Sebenarya jati diri kita adalah bahagia, damai, dan suka cita. Pikiran yang tidak dibangun dengan baiklah yang menimbulkan perasaan tidak bahagia. Kebahagiaan adalah akumulasi dari perasaan hati - dari masa lalu sampai saat ini.
Pikiran yang negatip, akan membuahkan sikap yang tidak benar di dalam menghadapi sesuatu, serta menimbulkan perasaan tidak bahagia. Orang sering melihat keluar daripada ke dalam dirinya, rumput tetangga selalu nampak hijau. Itulah yang merupakan kelemahan diri kita, serta menjadi rintangan dalam mewujudkan kebahagiaan hidup.
Untuk dapat menikmati hidup bahagia diperlukan iman yang teguh, sikap mental yang tenang, terbebas dari perasaan kecewa, takut, cemas, sedih, marah, dendam, iri hati, dan segala yang negatif. Kesedihan, kecemasan, serta frustasi, harus diubah menjadi keceriaan, suka cita, semangat, dan harapan.
Harus sanggup menolak pikiran-pikiran yang meresahkan, serta melihat segala sesuatu dengan hati yang tenang dan hening. Dengan iman dan sikap mental seperti itu, akan dapat terbebas dari ketegangan, dapat merasakan kehidupan dengan lebih bahagia, dan kegembiraan ilahi akan memenuhi jiwa kita.
Karena itu, orang harus dapat menjaga kondisi rohaninya, membangun rohaninya agar semakin kuat, roh dan jiwanya selalu bersih, harmonis, sehat, dan damai. Iman semakin teguh, bijaksana, mampu menerima kenyataan dan segala kejadian yang dialami. Mampu mengatasi segala permasalahan, kesukaran, rintangan, godaan, dan penderitaan. Mampu menerima segala kekalahan dan kemenangan, suka dan duka di dalam perjalanan hidupnya sebagai pemberian Tuhan yang terbaik baginya.
Hendaklah selalu menjaga ketenangan hati, tidak mudah terganggu atau terusik oleh apapun juga, agar dapat menikmati hidup penuh kedamaian dan suka cita yang benar. Menjaga kesabaran hati untuk meneruskan perjalanan hidup yang penuh harapan. Optimistis, memiliki sikap mental positif, positive thinking, dan menolak mengatakan apapun yang serba negatif.
Para kaum bijak sejak jaman dahulu kala, mempunyai kebiasaan hidup - senantiasa menyediakan waktu khusus untuk menyendiri bersama Yang Maha Kuasa. Berdoa, bersaat teduh, mendengarkan suara-Nya, dan mengucap syukur dan memuliakan nama–Nya. Mereka menyadari bahwa saat bersama-Nya itu amatlah penting, agar semakin dekat dengan-Nya, memperoleh kekuatan serta semakin bijaksana.
Memang ketenangan batin itu tidak hanya di dapat pada saat menyendiri, tetapi dapat diciptakan setiap saat, di manapun dan kapanpun, bahkan di dalam keramaian dunia ini.
Suatu malam ada seorang suci yang sedang berdoa, ia diganggu oleh suara bersautan dari katak raksasa yang sedang berkerumun di sebelah rumahnya, “kung..kong..kek, kung..kok..kek”.
Semua usaha untuk mengabaikan suara itu tidak dapat berhasil, maka ia membuka jendela seraya berteriak: “Diam! Aku sedang berdoa”. Katak raksasa diam, menahan suaranya, menciptakan kesunyian malam yang menguntungkan bagi pendoa.
Kini suara katak raksasa itu tidak mengganggu lagi, tetapi ada suara lain yang mengganggu, ialah suara dari dalam dirinya sendiri. “Mungkin Tuhan senang dengan suara katak itu, bahkan sedang menikmatinya”.
Lalu sang pendoa kembali membuka jendela dan berseru: “Bernyanyilah!” Maka bergemalah suara nyanyian katak yang bersaut sautan memecah keheningan malam”.
Kini sang pendoa sudah tidak lagi terganggu ketenangan jiwanya oleh keramaian suara katak yang di luar, yang sedang menikmati kegembiraan mereka. Nyanyian katak itu malah memperkaya keheningan malam. Sang pendoa menyadari perlunya selaras dengan alam semesta, tidak terusik dengan apapun yang ada di luar. Dengan mereka yang sedang menikmati juga kesenangannya sendiri. Doa, ketenangan batin, bisa dilakukan serta dirasakan kapan saja, di mana saja, walaupan dan bagaimana juga.
Di dalam ketenangan batin, Allah menyatakan diri-Nya kepada kita; akan membuat rohani kuat, bijaksana, penuh suka cita. Memberi kita terang dan bimbingan di setiap hari sehingga kita dapat menjalani kehidupan ini dengan baik, serta bermanfaat bagi sesama.
Jika dibiarkan sendiri saja, kita tidak akan dapat membedakan yang mana jalan-Nya dan mana jalan dunia; kalaupun dapat melihat perbedaannya, tetapi tidaklah kuat bagi kita untuk dapat menolak tarikan dunia ini. Bersama-Nya, hidup kita akan bahagia *****
No comments:
Post a Comment